TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM BIDANG KESETAHAN

 

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Bidang Kesehatan

                                    29 November 2020 , Desi Sinta Sari


    Segala macam perkembangan yang ada di dunia kesehatan tentunya tidak lepas dari teknologi, bukan?  Teknologi mempengaruhi dunia kesehatan menjadi semakin maju dan berkembang. Banyak hal seputar dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan teknologi. Pada intinya, teknologi dan kesehatan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Nah, aplikasi teknologi yang pertama di bidang kesehatan adalah rekap data pasien di klinik, puskesmas, atau rumah sakit. Kini tempat-tempat kesehatan tersebut sudah mulai mengurangi penyimpanan database pasien dengan kertas-kertas dan tumpukan buku-buku tebal. Kini mereka menggunakan komputer atau alat lainnya yang dapat menyimpan data pasien yang masuk maupun keluar secara otomatis. Para pekerja bagian administrasi tidak lagi kesulitan untuk mencari nama seorang pasien yang harus diurutkan manual secara alfabetis. Hanya dengan mengetik dan sekali “klik”, database yang telah di-input-kan sebelumnya akan muncul dengan mudahnya. Lebih jauh lagi, pencetakan data-data pasien tersebut, maupun surat-surat keterangan lainnya pun menjadi lebih mudah dengan bantuan teknologi.

image description

Aplikasi yang kedua ada pada sistem berbasis kartu cerdas (smart card) yang digunakan untuk mengetahui riwayat penyakit pasien. Dengan ini, para dokter, perawat, dan ahli medis lainnya dapat dengan mudah mengetahui penyakit apa saja yang pernah atau sedang diderita oleh pasien. Sayangnya, smart card ini belum banyak digunakan di Indonesia.

Selanjutnya, dengan perkembangan teknologi, pelaksanaan survei epidemiologi penyakit atau pengamatan kejadian penyakit dari hari ke hari akan menjadi lebih mudah, sehingga kejadian yang tidak diinginkan , misalnya penyebaran penyakit yang melampaui batas kewajaran dapat secara cepat diantisipasi. Dengan teknologi, kita bisa mengetahui penyakit apa saja yang banyak diidap oleh masyarakat di daerah tertentu, juga dapat membandingkannya dengan kondisi di daerah lain. Misalnya, peningkatan gizi buruk, peningkatan kejadian malaria, diare, dan demam berdarah pada suatu daerah dapat terdeteksi lebih dini melalui perangkat teknologi yang telah didesain sedemikian rupa sebelumnya. Oleh karena itu, penanganan penyakit pun dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Selain itu, baru-baru ini robot mulai digunakan untuk membantu proses operasi pembedahan. Ada pula penggunaan komputer hasil pencitraan tiga dimensi untuk menunjukkan letak tumor dalam tubuh pasien. Kedua hal ini jelas sangat membantu dokter dalam melakukan pendeteksian penyakit sampai pembedahan tubuh pasien. Dokter juga tidak perlu terlebih dahulu “membongkar” tubuh pasien jika hanya ingin mendeteksi penyebab atau letak penyakit (tumor) tersebut. Cukup dengan menggunakan peralatan hasil teknologi, kondisi dalam tubuh pasien pun akan dapat terlihat pada layar komputer.

Lalu, USG (ultrasonografi) juga merupakan aplikasi teknologi bidang kesehatan. USG—yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita—ini adalah sebuah teknik diagnostic menggunakan suara ultra yang digunakan memeriksa atau melihat organ-organ dalam. Dalam kasus kehamilan, USG digunakan oleh dokter spesialis kandungan untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan, sementara dalam dunia kedokteran secara luas, USG digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa pada bagian tubuh yang terdiri dari cairan.

Alat USG
alat USG

Selain USG, aplikasi lain, yaitu rontgen juga biasa digunakan untuk memeriksa bagian-bagian yang perlu didiagnosa penyakitnya, misalnya pada bagian kepala, sinus, tulang, paru-paru, juga gigi. Terus bedanya rontgen sama USG apa? Bedanya, USG menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz dan umumnya digunakan untuk meliat kondisi janin pada rahim seorang ibu hamil. Sementara rontgen menggunakan sinar X dan digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada organ-organ tubuh bagian dalam, baik anak maupun dewasa.

Alat Rontgen

Penerapan ICT(Information and Communication Technology) di bidang kesehatan

Salah satu masalah utama pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah bagaimana mengatasi relatif tingginya Angka Kematian Ibu (AKI, Maternal Mortality Rate= MMR), dan Angka Kematian Bayi & Balita. Hal ini merupakan masalah mendasar yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Jumlah seluruh Puskesmas (Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat) di Indonesia, ada lebih dari 7600 (tujuh ribu enam ratus) buah, yang melayani lebih dari separuh penduduk tingkat menengah ke bawah. Untuk pelayanan tersebut, masih dibantu dengan puskesmas keliling, puskesmas pembantu dan pos pelayanan terpadu (posyandu). Karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) pelayanan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia menggunakan sistem rujukan (referral system), yang mengandalkan pada infrastruktur komunikasi dan transportasi. Usaha pengembangan sistem telemedika berbasis ICT yang telah dilaksanakan oleh kelompok penelitian Teknik Biomedika ITB (Institut Teknologi Bandung).
Pengembangan sistem telemedika ini merupakan salah satu upaya untuk membantu peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kota dan sejumlah besar puskesmas. Sistem telemedika berbasis ICT terutama terdiri dari : sejumlah unit berbasis PC, infrastruktur telekomunikasi yang tersedia, modul perangkat keras, modul perangkat lunak aplikasi, serta SDM pelaksana. Suatu sistem telemedika berbasis ICT untuk uji-coba telah di-implementasikan di DKK Bandung serta sejumlah puskesmas. Sejumlah aplikasi mencakup: pencatatan & pelaporan data pasien & data obat, telekonsultasi sederhana, tele-koordinasi, tele-diagnosa, serta pendidikan masyarakat telah dikembangkan dan di-uji-coba. Meskipun diperoleh hasil-hasil positif, berbagai langkah pengembangan lebih lanjut masih diperlukan untuk implementasi sistem telemedika di sejumlah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat berbagai tantangan menarik untuk pengembangan berbagai aplikasi sistem telemedika berbasis ICT guna membantu penyelesaian masalah nyata dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

Teknik Biomedika (Biomedical Engineering)

• Bidang multidisiplin yang menerapkan berbagai metoda engineering, science dan teknologi untuk membantu memecahkan masalah dalam bidang biologi & kedokteran, guna meningkatkan kualitas hidup manusia, melalui peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
• Telemedika (telemedicine), juga diartikan sebagai penyampaian pelayanan-kesehatan melalui jarak jauh, telah menyebar pemakaiannya ke seluruh dunia. Praktisi kedokteran dapat berkomunikasi dengan lebih cepat dan lebih luas dengan teman-sejawat dan pasiennya dimanapun mereka berada. Telemedika, khususnya untuk Pelayanan Kesehatan-Masyarakat, berpotensi untuk memiliki pengaruh yang lebih berarti untuk negaraberkembang seperti Indonesia bila dibandingkan dengan negara-maju.
• Teknik Biomedika yang bersifat multidisiplin,menerapkan teknologi elektronika, komputer, telekomunikasi, serta instrumentasi, untuk transfer informasi kedokteran dari satu tempat ke tempat lain guna membantu pelaksanaan prosedur kedokteran.

Dalam berbagai kegiatan dalam bidang teknik biomedika, perlu dilakukan tahap pemrosesan informasi kedokteran (medical information), untuk membantu pelaksanaan prosedur kedokteran (medical procedure). Beberapa contoh informasi kedokteran adalah: data alfanumerik (misal data pribadi pasien, hasil diagnosa dokter), sinyal fisiologis (misal: sinyal EKG, EEG), citra kedokteran statik & dinamik (misal: citra X-ray thorax, citra USG janin bergerak), bunyi & suara (misal: bunyi pernafasan, bunyi Korotkoff, suara pembicaraan pasien & dokter). Adapun contoh tahap prosedur kedokteran adalah: pengumpulan data pasien, analisis data pasien, menegakkan diagnosa, memberikan terapi, dan tahap tindak-lanjut.
Teknik Biomedika telah berkembang sejak lebih dari 50 tahun yang lalu di banyak negara maju, dan pada awal tahun 2006, terdapat lebih dari 110 (seratus sepuluh) perguruan tinggi di Amerika Utara. Di lingkungan STEI – ITB, program pendidikan teknik biomedika yang telah diselenggarakan adalah : tingkat magister (sejak 1995), tingkat sarjana (sejak 1998), dan tingkat doktor (sejak 1999).

MENGENAL SISTEM TELEMEDIKA DAN APLIKASI

Secara umum, telemedika sebagai salah satu ruang lingkup teknik biomedika, diartikan sebagai : aplikasi elektronika, komputer dan telekomunikasi dalam teknik biomedika, untuk melakukan pertukaran informasi kedokteran dari satu tempat ke tempat lain, guna membantu pelaksanaan prosedur kedokteran. Tujuan dari telemedika adalah guna meningkatkan kualitas hidup manusia, melalui peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pendidikan. Dengan demikian, dalam sistem telemedika selalu dilakukan pemrosesan informasi kedokteran dan pengiriman & penerimaan informasi kedokteran, serta hasilnya harus menunjang pelaksanaan prosedur kedokteran.
Untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi & balita, telah diusulkan dan dilakukan berbagai usaha oleh banyak instansi/lembaga dan/atau kelompok, terutama di bawah koordinasi departemen kesehatan. Kelompok Teknik Biomedika telah lahir sejak sekitar tahun 1997 memfokuskan pada penelitian dalam sistem telemedika (ICT-based Telemedicine System). Penggunaan sistem telemedika berbasis teknologi komunikasi & informasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, diharapkan secara bertahap dapat menurunkan angka kematian ibu, bayi & balita di Indonesia.
Ide pengembangan sistem telemedika di Program Teknik Biomedika ITB timbul dari adanya masalah dalam pelayanan kesehatan masyarakat, serta telah tersedianya berbagai perangkat keras & perangkat lunak komputer (PC), infrastruktur telekomunikasi, perkembangan teknologi & fasilitas internet di Indonesia. Diperlukan waktu sekitar tiga tahun untuk mengembangkan dan memasyarakatkan ide tersebut, sebelum akhirnya mulai dicoba di sejumlah puskesmas, rumahsakit, serta DKK Bandung.
Beberapa jenis informasi kedokteran: teks alfanumerik, sinyal fisiologi, citra kedokteran (statik & dinamik),bunyi & suara, serta kombinasi dari informasi tersebut. Prosedur kedokteran terdiri atas beberapa tahap, termasuk: pengumpulan data pasien, analisis data, menegakkan diagnosa, memberikan terapi, evaluasi dan tindak lanjut. Dengan demikian, pelaksanaan dan atau aplikasi sistem telemedika selalu mengharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Bagian-bagian Sistem Telemedika
Suatu sistem telemedika secara umum terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
-Sejumlah Unit (Medical stations) berbasis komputer (PC) atau mikrokontroller
-Infrastruktur telekomunikasi yang tersedia (baik khusus/dedicated maupun berupa jaringan publik)
-Sejumlah Modul perangkat lunak telemedika
-Sejumlah Modul perangkat keras telemedika
-Sejumlah alat kedokteran/kesehatan dan/atau alat tambahan lainnya
-SDM (personil pelayanan kesehatan/operator dan teknik).
Bagian-bagian tersebut dapat berupa peralatan yang telah tersedia secara komersial (yang relatif sangat mahal).
Infrastruktur telekomunikasi yang dipergunakan, dapat berupa jaringan khusus (dedicated, leased line) atau jaringan publik, serta dapat berupa :
-jaringan telepon (PSTN)
-jaringan telepon bergerak (mobile phone: GSM & CDMA)
-jaringan telepon satelit
-jaringan telekomunikasi radio, terestrial, satelit
-jaringan internet (dengan berbagai metoda akses)
-kombinasi dari jenis-jenis jaringan tersebut.
Penggunaan jaringan internet akan dapat membuka wawasan & jenis aplikasi baru, mengingat perkembangan teknologi internet & aplikasinya yang sangat pesat akhir-akhir ini.
Untuk keperluan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, akan lebih tepat bila dilakukan pengembangan sistem telemedika secara mandiri.

Aplikasi Dasar Sistem Telemedika
Ada banyak jenis aplikasi dasar yang dapat diperoleh dengan sistem telemedika berbasis teknologi informasi & komunikasi (ICT), antara lain:
-Pencatatan dan Pelaporan data pasien
-Basis Data dan Evaluasi pelayanan kesehatan
-Pencatatan dan Pelaporan data obat
-Tele-koordinasi
-Tele-konsultasi sederhana
-Pendidikan jarak jauh (bagi masyarakat dan bagi petugas kesehatan)
Dari aplikasi dasar tersebut dapat dikembangkan (diturunkan) pula menjadi sejumlah aplikasi lanjut.

Sistem Telemedika berbasis Internet
Suatu ICT-based pilot telemedicine system telah dirancang dan di-implementasikan di Dinas Kesehatan Kotamadya (DKK) Bandung dan 20 puskesmas dalam ruang lingkupnya. Jaringan internet telah dipergunakan sebagai infrastruktur telekomunikasi dengan tujuan menekan biaya operasional. Metoda akses internet yang digunakan merupakan kombinasi dari : metoda dial-up melalui PSTN, dial- up melalui telepon genggam, dan wireless LAN.

BEBERAPA PENELITIAN TELEMEDIKA DI BIOMEDIKA (BME) ITB
Saat ini beberapa penelitian mengenai Sistem Telemedika Masyarakat yang sedang atau akan dilakukan dalam Kelompok Penelitian Teknik Biomedika saat ini adalah Telemedika Masyarakat untuk Monitor Status Penyakit & Penanggulangan Wabah, Telemedika untuk Manajemen Penanggulangan TBC, Telemedika Masyarakat untuk Manajemen Fasilitas Unit Gawat Darurat, dan Telemedika Masyarakat untuk Manajemen Lepra.

Sistem Telemedika untuk Monitor Status Penyakit & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/ Wabah
Koordinasi antar unit pelayanan kesehatan baik secara horisontal maupun vertikal sangat dibutuhan dalam pelaksanaan pengawasan status penyakit, terutama untuk mengatasi kemungkinan terjadinya Kejadian Luar biasa (KLB) yaitu lonjakan jumlah kejadian suatu penyakit tertentu.
Sistem yang dirancang menghubungkan Puskesmas, praktek dokter serta klinik dengan kantor kesehatan kota. Sistem ini memfasilitasi pengiriman data jumlah kejadian penyakit serta korespondensi terkaitnya, baik untuk pelaporan rutin maupun pelaporan khusus untuk KLB. Format pelaporan disesuaikan dengan prosedur yang telah berlangsung. Pelaporan digunakan dengan menggunakan aplikasi jaringan SMS GSM untuk laporan jumlah/laporan pendek lainnya, sedangkan jaringan internet digunakan untuk keperluan pelaporan yang lebih lengkap dan korespondensi panjang.

Sistem Telemedika untuk Manajemen Penanggulangan TBC
Penyakit TBC (tuberkulosis) merupakan suatu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Saat ini penanggulangan TBC di Indonesia dilakukan dengan menggunakan metoda DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang dianjurkan oleh WHO (World Health Organization). Namun, dalam pelaksanaannya metoda DOTS ini menemui banyak hambatan, dan diharapkan penerapan suatu sistem informasi/telemedika yang terkoordinasi dapat membantu kelancaran proses penanggulangan TBC ini.
Sistem yang dirancang ditujukan untuk meliputi seluruh aspek penanggulangan TBC secara komprehensif, diantaranya manajemen perawatan jangka panjang pasien, pengiriman laporan rutin, distribusi obat, serta upaya-upaya lain.

Sistem Telemedika untuk Manajemen Fasilitas Unit Gawat Darurat
Kebutuhan penanganan cepat dan tepat untuk pasien gawat darurat membutuhkan manajemen yang tepat. Guna meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat secara umum dan khususnya pasien-pasien gawat darurat dibutuhkan suatu koordinasi antar rumah sakit terutama untuk rumah sakit yang mempunyai fasilitas tindakan terhadap keadaan kedaruratan medis.
Disamping itu untuk penanganan yang lebih efisien dibutuhkan suatu koordinasi antar unit pelayanan kesehatan dimana pasien itu didiagnosa ke tempattempat dimana pasien tersebut akan dirujuk sehingga penaganan dapat lebih tepat dan efisien tanpa terdapat redudansi. Sistem yang dirancang akan menghubungkan jaringan Rumah Sakit yang bekerjasama dan menyimpan data keberadaan peralatan kesehatan serta ruangan yang tersedia di masing-masing rumah sakit pada saat tertentu. Data ini kemudian dapat diakses oleh masyarakat yanmg membutuhkan layanan unit gawat darurat melalui fasilitas tertentu
seperti situs web serta SMS.

Sistem Telemedika untuk Manajemen Penyakit Lepra
Lepra (Kusta) masih merupakan suatu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Untuk lebih mengefisiensikan proses penatalaksanaan proses perawatan penyakit ini dibutuhkan koordinasi dan rujukan ke pusat-pusat penanganan penyakit ini yang jumlahnya di Indonesia masih sedikit. Selain itu juga
dibutuhkan adanya basis data dari penderita yang tersebar di pelosok tanah air akan meningkatkan proses eradikasi penyakit ini.
Penggunaan potensial telemedika dalam penanggulangan lepra antara lain ialah manajemen basis data pasien serta pengiriman gambar pasien untuk telediagnosis/teledermatologi.

Sumber :

 https://amdjah.wordpress.com/2012/12/13/penerapan-ictinformation-and-communication-technology-di-bidang-kesehatan/

 https://blogs.itb.ac.id/ku1071k0316213033oktiantialifanisa/2013/11/03/aplikasi-teknologi-di-bidang-kesehatan/

Komentar